www.hidayatullahsleman.org | Bareskrim Polri menangkap Zaim Saidi, pendiri pasar Muamalah Depok. Dari Zaim Saidi, tim Bareskrim Polri menyita ratusan koin dinar dan dirham yang digunakan sebagai alat transaksi di tempat tersebut.
Zaim Saidi ditangkap pada Selasa (2/2) di Depok. Penangkapan Zaim Saidi ini dibenarkan oleh Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono.
“Benar (ditangkap),” kata Brigjen Pol Rusdi Hartono
Zaim selama ini dikenal sebagai penggerak logam (uang) dinar dan dirham.Persinggungan awal Zaim Saidi dengan dinar dan dirham bermula saat suami dari Dini Damayanti ini memberikan kata pengantar dalam buku berjudul “Jerat Utang IMF” pada tahun 1999. Buku terjemahan yang berjudul asli “Interest Death” ini merupakan hasil seminar yang dibuat oleh murid-murid Syaikh Abdul Qadir As-Sufi di Inggris. “Buku ini berisi tentang kritik terhadap sistem mata uang kertas dan dibicarakan juga tentang mata uang emas (dinar) dan perak (dirham),” ujar Zaim Saidi.\
Informasi tersebut menambah keyakinan Zaim yang sebelumnya pernah mendapatkan mata kuliah International Economy Politic saat menempuh pendidikan S2 di Australia pada tahun 1996-1997. Dalam kuliah tersebut, aku Zaim, dipaparkan tentang bagaimana jaringan keuangan global dan sejarah adanya sistem mata uang emas dan perak. “Saya jadi semakin yakin bahwa sesungguhnya ada sistem keuangan alternatif untuk menghadapi krisis moneter, yakni sistem mata uang emas dan perak,” ulas Zaim yang ketika itu sama sekali belum mengetahui wujud dinar dan dirham kepada majalah Suara Hidayatullah beberapa tahun lalu.
Setelah memberikan kata pengantar itu, Zaim membuat seminar “Dinar dan Dirham Solusi Krisis Moneter”. Itulah pertama kali, aku Zaim, orang mulai membicarakan masalah dinar dan dirham ke publik. Ia mengundang Abdur Razaq, orang Malaysia yang mengedit buku tersebut. Dari Razaqlah, Zaim mengetahui bahwa yang mengajarkan kembali pentingnya muamalah dinar dan dirham adalah Syaikh Abdul Qadir As-Sufi. “Dan menurut Razaq, di Indonesia ini ada murid-murid Syaikh Abdul Qadir. Akhirnya mereka juga saya undang,” terang ayah dari lima orang anak ini.
Saat acara berlangsung, salah satu murid Syaikh Abdul Qadir As-Sufi, Malik Abdalhaq Hermanandi ternyata hadir dan duduk di belakang. Pada saat acara itu berlangsung, Malik menunjukan wujud dirham yang dicetak di Dubai. “Saat itulah saya merasa bahwa dinar dan dirham ternyata realitas,” kenangnya.
Tahun 2002, saat dinar dan dirham mulai dicetak di Indonesia, Zaim membuka Wakala Addina. “Inilah pertama saya buka wakala pertama yang saya jalankan dengan suplai koin dari teman-teman Bandung,” aku Zaim. Namun, kegiatan ini ternyata hanya berjalan hingga tahun 2004, seiring dengan bubarnya PT Islamic Mint Nusantara yang mencetak dan mengeluarkan dinar dan dirham ketika itu.
Saat kegiatan pencetakan itu berhenti, Zaim yang ketika itu tengah berada di Capetown, Afrika untuk belajar kepada Syaikh Abdul Qadir As-Sufi tetap menjalankan operasional wakalanya. Setelah 10 bulan di Capetown, Zaim melanjutkan kegiatan wakala dengan mencetak koin emas dan perak ke PT Aneka Tambang hingga tahun 2007.
Barulah pada tahun 2008, Zaim dipercaya oleh World Islamic Mint (WIM) untuk mengelola pencetakan dan pendistribusian dinar dan dirham untuk di Indonesia. “Sejak itu saya membuat Wakala Induk Nusantara, serta berbagai aktivitas lainnya seperti Festival Hari Pasaran, Kampung Jawara, dan wakala lainnya,” terang Zaim
Sumber : www.hidayatullah.com