Covid-19: Apa itu Deltacron?

Iklan Semua Halaman

Covid-19: Apa itu Deltacron?

Mahmud Thorif
Minggu, 13 Maret 2022

Seperti yang terdengar dari namanya, Deltacron adalah varian Covid yang mengandung unsur Delta dan Omicron – dengan kata lain mengandung gen dari kedua varian tersebut, sehingga dikenal sebagai virus rekombinan.

“Rekombinan ini muncul ketika lebih dari satu varian menginfeksi dan bereplikasi pada orang yang sama, dalam sel yang sama,” kata Prof Lawrence Young, seorang ahli virus di University of Warwick. “Deltacron adalah produk dari varian Delta dan Omicron yang beredar di populasi yang sama.”

Dilansir The Guardian Jumat (11/3/2022), pekan ini Gisaid, komunitas ilmuwan global yang berbagi informasi virus, menunjukkan bukti kuat pertama tentang varian ini yang dibagikan oleh Institut Pasteur di Prancis.

Gisaid mengatakan varian tersebut telah diidentifikasi ada di beberapa wilayah Prancis dan tampaknya telah beredar di sana sejak awal tahun ini. “Genom dengan profil serupa juga telah diidentifikasi di Denmark dan Belanda,” kata Gisaid.

Ada juga laporan tentang Deltacron yang terdeteksi di Amerika Serikat, dan sekitar 30 kasus telah terdeteksi di Inggris, menurut UK Health Security Agency (UKHSA). 

Dr Etienne Simon-Loriere dari Institut Pasteur memperingatkan bahwa kemungkinan ada sejumlah virus rekombinan berbeda yang terbentuk dari Delta dan Omicron.

“Yang kita lihat di Prancis dan di Denmark/Belanda terlihat sangat mirip dan mungkin rekombinan yang sama (dengan virus induk yang sama) yang telah berpindah tempat,” katanya. Namun, dia menambahkan, kemungkinan rekombinan Delta-Omicron yang dilaporkan di beberapa negara termasuk Inggris dan AS tampaknya menggabungkan bagian-bagian yang berbeda dari virus induknya, dan karena  itu berbeda dengan Deltacron yang terdeteksi di Prancis.

“Kitai mungkin perlu mencari nama lain untuk menunjukkan rekombinan ini, atau mulai menambahkan nomor,” katanya.

Para ahli menekankan bahwa varian rekombinan tidak jarang terjadi, dan bahwa Deltacron bukan yang pertama dan tidak akan menjadi rekombinan yang terakhir untuk Covid.

“Ini terjadi setiap kali kita berada dalam masa peralihan dari satu varian dominan ke varian lain, dan biasanya merupakan keingintahuan ilmiah tetapi tidak lebih dari itu,” kata Dr Jeffrey Barrett, yang pernah memimpin inisiatif genomik Covid-19 di Wellcome Trust Sanger Institute.

Hanya ada sejumlah kecil kasus Deltacron yang teridentifikasi sejauh ini, sehingga belum ada cukup data tentang tingkat keparahan varian itu atau seberapa baik vaksin yang ada bisa menangkalnya.

Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan di World Health Organization, lewat Twitter mengatakan pada hari Selasa, “Kami mengetahui bahwa peristiwa rekombinan dapat terjadi, pada manusia atau hewan, dengan berbagai varian #SarsCoV2 yang beredar. Perlu menunggu eksperimen guna mengetahui sifat-sifat dari virus ini. Pentingnya pengurutan, analitik, dan berbagi data secara cepat saat kita menghadapi pandemi ini.”

Young sepakat. “… Sementara virus terus bersirkulasi, terutama pada populasi yang belum divaksinasi dan pada orang yang kekebalan yang didapatnya dari vaksin telah menurun, kita sangat mungkin akan melihat lebih banyak varian termasuk yang dihasilkan melalui rekombinasi.”

Namun bukan berarti varian tersebut menjadi alasan untuk panik, menurut UKHSA, varian itu tidak menunjukkan tingkat pertumbuhan yang memprihatinkan. Di Inggris jumlah kasus infeksinya sangat kecil, dan sangat jarang di seluruh dunia dibanding Omicron yang telah menjangkiti jutaan orang.*

Rep: Ama Farah
Editor: Dija
Sumber : www.hidayatullah.com