Terjemah umum 'lailatul qadar' bagi muslim Indonesia adalah 'malam kemuliaan'. Ini berkaitan dengan nuzulnya Al-Qur'an. Al-Qur'an mulia, maka malam diturunkannya pun ikut menjadi mulia.
Namun ada pendapat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah _rahimahullah_ yang patut diperhatikan. Dalam kitabnya yang bernama ringkas Syifaut Ta'lil, beliau berpendapat bahwa lailatul qadar memiliki arti 'malam takdir'. Dalam setahun ke depan, takdir seseorang ditetapkan di lailatul qadar.
Dasar pendapat beliau adalah Q.S. Ad-Dukhan: 1-5,
"Haa miim. Demi kitab (Al-Qur'an) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi. Dan sesungguhnya Kami yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami."
Mayoritas ulama tafsir menafsirkan rangkaian ayat tersebut selaras dengan pemahaman Ibnu Qayyim Al-Jauziyah _rahimahullah._ Bahwa, sebagaimana telah disebutkan, di malam itu takdir setahun ke depan ditetapkan. Bisa jadi ada revisi takdir, dari buruk jadi baik atau sebaliknya.
Nah, satu konsekuensinya adalah *i'tikaf* terutama bagi lelaki muslim. Sangat dianjurkan di sepuluh malam terakhir bahkan di siang harinya juga, lelaki muslim berdiam di masjid untuk fokus munajat. Sementara itu, ibu dan istri bersiap ditinggal.
Pilihannya sederhana: Rumah ditinggal sepuluh malam saja tapi takdir setahun ke depan baik? Atau rumah tetap ditinggali tapi takdir ke depan bisa kacau?
Bagi takmir masjid, sungguh-sungguhlah menyerukan i'tikaf. Sediakan karpet tebal untuk tidur, serta air panas. MCK ditingkatkan kualitasnya. Selebihnya biar mu'takif yang membawa bekal.
Urusan i'tikaf ini, insya Allah, semakin mudah manakala jauh-jauh hari ada persiapan. Secara individu, bapak selaku kepala keluarga membersihkan ruhiyah betul-betul; lalu, bapak membereskan hutang puasa keluarga jika ada; selanjutnya mempersiapkan keluarga yang akan ditinggal.
Belanja baju dan keperluan lebaran, serta urusan mudik, boleh disiapkan juga jauh-jauh hari.
Bersiaplah. Sungguh bersiaplah. Semoga takdir setahun ke depan direvisi dan ditetapkan Allah ta'ala sedemikian rupa, sehingga kita istiqomah di jalan-Nya; kebutuhan duniawi dan ukhrawi tercukupi.
Wallah a'lam.
Penulis: Fu'ad Fahrudin