Siapa pun orang yang telah mengajarkan sesuatu kepadanya walaupun hanya satu huruf, maka dia juga adalah orang tuamu dalam agama, karena itu muliakan gurumu
Dikutip dari Hidayatullah.com | DALAM ISLAM kedudukan seorang guru sangatlah tinggi derajatnya. Ia memiliki keutamaan yang besar dalam Islam, sebab para guru sejatinya penolong agama.
Merekalah para pelita yang menerangi dan mencerahkan masyarakat di setiap zamannya. Bahkan Hasan al-Bashri rahimahullah menyampaikan penjelasan bahwa jika bukan sebab para ulama yang mengajarkan ilmunya maka niscaya manusia akan berubah seolah-olah seperti binatang. (Ihya’ Ulumudin, al-Ghazali, 1/11).
Seorang guru yang shalih adalah pendidik generasi, pencetak orang-orang hebat, dan pewaris para Nabi. Sebab dari jasa merekalah lahir orang-orang hebat yang dapat membawa perubahan.
Bukankah Rasulullah ﷺ diutus sebagai seorang pengajar, pendidik, dan penasihat.
إِنَّ اللهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلَا مُتَعَنِّتًا، وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengutusku untuk memaksa atau menyusahkan orang, akan tetapi Dia mengutusku sebagai seorang pengajar dan orang memudahkan urusan.” (HR. Muslim)
Menghargai jasa seorang guru tidaklah cukup hanya dengan mengingatnya saja. Akan tetapi hendaknya dengan memuliakan, memberikan penghormatan, mengirimkan doa, dan jika mampu berbuat lebih maka berikanlah sebagian dari rezeki yang diperoleh.
Hal itu agar keberkahan ilmu yang telah diberikan selalu menjadi penerang dalam kehidupan. Para sahabat adalah gambaran nyata dalam memaknai dan menghargai peran guru dalam Islam.
Mereka benar-benar memuliakan Rasulullah ﷺ sebagai guru yang agung. Hal demikian juga diwariskan kepada Tabi’in setelahnya dalam memuliakan para ulama, ahlu ilmi, dan guru.
Banyak perintah dalam Al-Quran dan as-Sunnah yang menunjukan bahwa Allah ﷻ telah mengangkat kedudukan ulama dan para guru, sehingga kaum muslimin diperintahkan untuk menghormati dan memuliakan mereka semua.
Allah berfirman
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ وَاللهُ بِما تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang -orang yang beriman di antaramu dan orang yang diberi Ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11).
Prof Dr Wahbah az-Zuhaili menjelaskan bahwa Allah Subhanahu Wata’ala mengangkat derajat ulama dan orang berilmu dengan kemuliaan, martabat dan kedudukan yang tinggi di dunia maupun di akhirat. Sebab mereka mengumpulkan antara ilmu dan amal. Hal ini menunjukan bahwa kemulian di sisi Allah itu diraih dengan ilmu dan iman. ( Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir 28/43)
Rasulullah ﷺ juga membuat perumpamaan tentang keutamaan orang berilmu atas lainnya.
فًضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِ القَمَرِ عَلَى سَائِرِ الكَوَاكِبِ
“keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan rembulan atas seluruh bintang.” (HR. Tirmidzi)
Bahkan para guru yang mengajarkan ilmu dan kebaikan kepada muridnya akan mendapatkan doa dari segenap makhluk di bumi, sampai-sampai semut yang berada di sarangnya dan ikan paus di kedalaman samudra, mereka tidak ketinggalan untuk mendoakan kebaikan kepada para pengajar kebaikan.
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَمَوَاتِ وَالأَرضِيْنَ حَتَى النَمْلَة فِي جُحْرِهَا وَحَتَى الحُوْت لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِ النَاسِ الخَيْر
“Sesungguhnya Allah, MalaikatNya serta penduduk langit dan bumi bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)
Maka jelaslah apabila suatu bangsa ingin menjadi bangsa yang maju dan jaya, maka perihal yang seharusnya diperhatikan adalah menjunjung tinggi martabat ilmu, ulama dan para guru. Yaitu dengan memuliakan, menghormati dan menghargai jasa mereka.
Sebagaimana puisi yang disampaikan Ahmad Syauqi
قُمْ لِلْمُعَلِّمِ وَفِّهِ التَبْجِيْلاَ كَادَ المُعَلِّمُ أَنْ يَكُوْنَ رَسُوْلًا
أَرَأَيْتَ أَشْرَفَ أَوْ أَجَلَّ مِنَ الّذِي يَبْنِيْ وَيُنْشِئُ أَنْفُسًا وَعُقُوْلًا
Berdirilah untuk sang guru dan berikanlah penghormatan kepadanya
Hampir-hampir sang guru dianggap sebagai Rasul
Bukankah kamu melihat bahwa di antara orang yang mulia
Adalah orang yang membangun jiwa dan akal (Mu’jam Rawa’i al-Hikmah, Rauhi al-Ba’labaki, 224).
Maka seyogyanya bagi setiap muslim untuk benar-benar menghormati ilmu dan para guru, memuliakan, serta menghargainya. Karena keberkahan ilmu itu berada pada penghormatan terhadap gurunya.
Bukankah kita diperintahkan untuk mencari keberkahan ilmu sehingga menjadi ilmu yang nafi’. Sebab Rasulullah ﷺ mengajari umatnya sebuah untain doa:
إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat.”
Syaikh Burhanuddin az-Zarnuji dalam kitabnya “Ta’lim al-Muta’allim” memberikan penjelasan bahwa seorang siswa atau pelajar tidak akan meraih kesuksesan meraih ilmu dan tidak pula ilmunya bermanfaat, kecuali dia mau mengagungkan ilmu tersebut, ahli ilmu, dan menghormati gurunya. (Az-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim, 16).
Sebab para guru adalah orang tua kedua bagi si murid. Seorang guru berusaha keras dan mengorbankan waktunya, pikirannya serta tenaganya untuk kebaikan si murid dan tercapainya tujuan dari pembelajaran tersebut.
Sebagaimana az-Zarnuji menjelaskan bahwa siapa pun orang yang telah mengajarkan sesuatu kepadamu walaupun hanya satu huruf, maka dia juga adalah orang tuamu dalam agama. (az-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim, 16).
Terlebih pada masa ini, ketika memudarnya adab, sopan santun serta budi pekerti yang baik dari para siswa terhadap gurunya. maka kita sebagai masyarakat yang peduli haruslah mampu memberikan contoh sifat budi pekerti dan keteladan yang baik dalam memuliakan para guru agar pelajar sekarang mampu berperilaku yang pantas terhadap gurunya.
Adapun beberapa usaha yang dapat lakukan oleh masyarakat secara umum dan para orang tua secara khusus dalam rangka memuliakan para guru adalah mencontohkan kepada generasi setelahnya adab dan sopan santun kepada guru, menumbuhkan kecintaan mereka kepada sang guru, serta mendoakan kebaikan untuk sang pendidik.
Kita juga harus memahamkan bahwa para guru juga seorang manusia biasa yang dapat berbuat salah. Maka hendaknya kita tidak mengikuti kesalahan tersebut, tidak menghibahnya, dan tetap mengingat kebaikan-kebaikan lainnya.*/ Syamil Robbani
Rep: Admin Hidcom
Editor: Insan Kamil