KITA telah selesai dari pendidikan ‘madrasah Ramadhan’ hampir sebulan penuh. Melalui ‘madrasah Ramadhan’ kita telah mendapatkan pendidikan pembinaan hati, jiwa dan ruh, hingga mampu mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Dampat dari pendidikan selama sebulan adalah melahirkan hati yang taqwa, sebuah pakaian orang mukmin untuk menghadapi tantangan 11 bulan ke depan. Dengan berakhirnya ‘madrasah Ramadhan’ yang berlangsung selama sebulan, pada akhirnya kita akan diuji, apakah semua amal ibadah dan amal shaleh yang telah dilakukan dapat direalisasikan di bulan Syawal ini?
Mereka yang berhasil ditransformasikan dengan tarbiah Ramadhan adalah orang-orang yang sangat beruntung bisa lolos dari rahmat bulan Ramadhan, sebagaimana doa Malaikat Jibril ‘alaihissalaam yang diaminkan oleh Nabi Muhammad ﷺ
شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan, tetapi sampai Ramadhan berakhir, ia belum juga diampuni.” (HR: Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod dari Jabir radhiyallahu’anhu, Shahih Al-Adabil Mufrod: 501).
Orang yang benar-benar dapat menikmati manis dan gembiranya perayaan Idul Fitri adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Hadits Abu Hurairah di mana Nabi ﷺ bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni.” (HR: Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang bisa melewati Ramadhan dengan sempurna akan mendapatkan bonus ampunan dari Allah SWT. Hal ini tergantung sejauh mana kita mampu mengikuti syarat dan ketentuan yang ditetapkan.
Banyak yang tidak menyangka bahwa ujian sesungguhnya ada di bulan Syawal karena penurunan kualitas ibadah kita terjadi begitu tiba-tiba, terutama saat salat Idul Fitri usai.
Masjid dan mushalla kosong
Setelah Ramadhan ini, masjid dan surau mulai ditinggalkan. Al-Qur’an akan disimpan dan kegiatan yang biasa dilakukan sebelum Ramadhan akan kembali terulang lagi.
Mereka yang sudah terbiasa di masjid mulai selama bulan Ramadhan kini sudah menjauh dan telah melipat sajadah. Mereka kembali ke dunia seperti sebelumnya dengan penuh semangat.
Menyadari kenyataan tersebut, Rasulullah ﷺ menyeru kita, untuk rajin dan terus melakukan amalan sunnah meski di penghujung Ramadhan agar kita selalu ingat apa tujuan Allah untuk menghidupkan dan memperpanjang umur kita di muka bumi ini?
Ibadah harus dilanjutkan karena hidup kita selalu terhubung dengan Allah SWT. Puasa tidak akan berakhir sampai akhir hayat.
Banyak puasa sunnah yang telah dianjurkan, terutama puasa Nabi Daud, ﷺ, yang berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Puasa Asyura, Puasa Muharram, Puasa Senin Kamis dan lainnya.
Nabi ﷺ juga menyeru umat Islam untuk melanjutkan puasa selama enam hari di bulan Syawal dimana Nabi ﷺ telah mewariskan kepada Sayyidina Ali ra yang artinya: “Wahai Ali, siapa di antara kamu yang melanjutkan puasa Ramadhan dengan enam hari di bulan Syawal.
Syawal buka peluang raih kemenangan kedua
Kemenangan Ramadhan karena umat Islam berhasil melawan nafsu lapar, haus dan menjauhi perbuatan dosa, sekaligus mengisi bulan suci itu dengan amalan sholeh lain, seperti: membaca al-Quran, tarawih, sedekah dll. Ganjaran dari kemenangan pertama ini, menjadikan umat Islam akan kembali kepada fitri (suci), seperti bayi baharu lahir dengan tiada dosa melekat pada dirinya.
Setelah itu, Allah memberi peluang kepada umat Islam agar mendapatkan kemenangan kedua, dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, yang pahalanya seperti berpuasa setahun penuh.
Dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Siapa yang melakukan puasa Ramadhan lantas ia ikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu seperti berpuasa setahun.” (HR: Muslim).
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « يَقُولُ اللَّهُ إِذَا أَرَادَ عَبْدِى أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً فَلاَ تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا بِمِثْلِهَا وَإِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِى فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةٍ »
“Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Jika hamba-Ku bertekad melakukan kejelekan, janganlah dicatat hingga ia melakukannya. Jika ia melakukan kejelekan tersebut, maka catatlah satu kejelekan yang semisal. Jika ia meninggalkan kejelekan tersebut karena-Ku, maka catatlah satu kebaikan untuknya. Jika ia bertekad melakukan satu kebaikan, maka catatlah untuknya satu kebaikan. Jika ia melakukan kebaikan tersebut, maka catatlah baginya sepuluh kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat.” (HR: Bukhari dan Muslim).
Jadi, pahala orang berpuasa Ramadhan kemudian diteruskan dengan enam hari Syawal menyamai pahala orang berpuasa setahun, adalah anugerah besar kepada umat Islam. Oleh karena itu, sifat syukur perlu sentiasa disemai dalam hati umat Islam, karena rahmat Allah sangat berlimpah diberikan kepada kita.
Ringkasnya, mereka yang berpuasa enam hari Syawal adalah tanda kesuksesan atas puasa di bulan Ramadhan. Sebagai pesan kepada penulis dan pembaca, marilah kita lanjutkan momentum Ramadhan dengan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk membuktikan bahwa Ramadhan kita berhasil.
Pertama, puasa sunnah. Jika kita berhasil menjalankan ibadah puasa selama satu bulan Ramadhan maka kita dapat melanjutkan rutinitas dengan berpuasa sunnah lain, misalnya; puasa Senin dan Kamis.
Sabda Nabi ﷺ
Kedua, shalat witir. Ketika Ramadhan tiba kita akan melaksanakan shalat sunat tawarih dan dilanjutkan dengan shalat sunah witir sebagai penutup.
Sholat witir ini tidak hanya dilakukan di bulan Ramadhan tetapi juga bisa dilakukan di luar bulan Ramadhan. Sabda Nabi ﷺ.
إِنَّ اللهَ زَادَكُمْ صَلاَةً، وَهِيَ الْوِتْرُ، فَصَلُّوْهَا فِيْمَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى صَلاَةِ الْفَجْرِ
‘Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi kalian tambahan shalat, yaitu shalat witir, maka shalat witirlah kalian antara waktu shalat ‘Isya’ hingga shalat Subuh.’” (HR: Ahmad).
Untuk membuktikan bahwa kita telah berhasil melanjutkan momentum Ramadhan, kita perlu terus melaksanakan istiqamah shalat sunat witir setiap hari. Jika dirasa berat, kita hanya bisa mengerjakannya dengan satu rakaat saja karena jumlah rakaat shalat witir ganjil.
Kita bisa mengerjakan satu rakaat atau tiga rakaat sesuai dengan kemampuan kita. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukannya.
Terakhir, membaca Al-Qur’an. Penulis yakin dan percaya, banyak yang berlomba-lomba untuk menyelesaikan Al-Quran selama bulan Ramadhan. Ada juga yang menyelesaikan dua hingga tiga kali dalam sebulan, namun ketika masuk bulan Syawal, untuk menyelesaikan satu juz saja rasanya sudah berat.
Inilah hal yang perlu kita jaga, agar kita terus membiasakan bisa membaca seperti layaknya di bulan Ramadhan. Setidaknya kita berusaha membaca satu halaman setiap hari agar tidak putus dengan Al-Quran.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رضى الله عنه قَالَ : تَعَلَّمُوا هَذَا الْقُرْآنَ ، فَإِنَّكُمْ تُؤْجَرُونَ بِتِلاَوَتِهِ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ ، أَمَا إِنِّى لاَ أَقُولُ بِ الم وَلَكِنْ بِأَلِفٍ وَلاَمٍ وَمِيمٍ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ.
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pelajarilah Al-Quran ini, karena sesungguhnya kalian diganjar dengan membacanya setiap hurufnya 10 kebaikan, aku tidak mengatakan itu untuk الم , akan tetapi untuk untuk Alif, Laam, Miim, setiap hurufnya sepuluh kebaikan.” (Ad Darimy dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah).
Kesimpulannya, ibadah tidak hanya diperlukan selama bulan Ramadhan. Ibadah harus dilakukan setiap bulan karena itu adalah tanggung jawab kita sebagai hamba Allah.
Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surah al-Zariyat: 56.
وَمَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَالۡاِنۡسَ اِلَّا لِيَعۡبُدُوۡنِ
“Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali mereka untuk beribadah dan mengabdi kepada-Ku.“ (QS: Az-Zariyat: 56).*
Rep: Insan Kamil
Sumber : www.hidayatullah.com