Oleh karena itu, sepanjang hidup, sebagaimana organ dalam tubuh manusia, semua aktif bekerja dengan ritme dan ketentuan yang ditetapkan.
Ketika sebuah organisasi dalam perjalanannya ada organ atau bagian yang tidak bekerja, sementara yang lain aktif bergerak, bisa dipastikan ketidakseimbangan akan terjadi. Persis sebuah mobil yang kondisi mesin bagus, roda bagus, namun, angin yang dibutuhkan roda tidak memadai, maka laju mobil akan sangat mengganggu.
Dalam konteks ini maka peran serta semua elemen organisasi menjadi sangat penting, sekalipun terkesan sebatas (mohon maaf) “pajangan.” Bukankah spion itu sepintas seperti tidak esensial untuk melaju. Namun, kala harus berbelok, apalagi atret ke belakang, satu-satunya yang dicek adalah spion.
Dengan demikian, tidak boleh ada seorang pun yang menganggap dirinya tidak penting dalam keterlibatannya pada sebuah organisasi. Terlebih dalam barisan yang kita cintai, Pemuda Hidayatullah. Setiap jiwa di dalam barisan ini adalah bagian penting dari sukses dan bermanfaatnya organisasi.
Kesadaran ini merupakan modal penting bagi setiap jiwa untuk memanivestasikan keimanannya kepada Allah Ta’ala. Sebab Rasulullah SAW pun menegaskan hal ini.
Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah, SAW telah bersabda, “Ketahuilah, kalian semua adalah pemimpin (pemelihara) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya tentang rakyat yang dipimmpinnya. Suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawabannya tentang keluarga yang dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara rumah suami dan anak-anaknya. Budak adalah pemelihara harta tuannya dan ia bertanggung jawab mengenai hal itu. Maka camkanlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan dituntut (diminta pertanggungjawaban) tentang hal yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari).
Jadi, eksistensi kita di dalam sebuah organisasi atau saya lebih suka menyebut barisan adalah rahmat, anugerah, dan nikmat dari Allah yang sudah seharusnya kita syukuri dengan memposisikan diri sebagai pemimpin dalam skala dan batasan apapun. Jadikan itu sebagai sarana membentuk kepribadian penuh tanggungjawab, dedikasi dan pengabdian kepada Allah Ta’ala.
Lebih jauh, gerakan diri dalam organisasi adalah dalam rangka memanivestasikan nilai-nilai keimanan itu sendiri, di antaranya perintah untuk saling menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, bukan sebaliknya.
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Tolong-menolonglah dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (QS. Al Maidah [5]: 2).
Jadi, organisasi, jama’ah atau barisan, fungsinya adalah bagaimana terus bergerak dan menghasilkan kebaikan-kebaikan.
Jika merujuk pada sejarah Nabi Muhammad SAW maka hasil yang harus diraih adalah lahirnya manusia yang beradab, sehingga lahir banyak komunitas yang mendorong lahirnya tradisi ilmu kemudian Islam bersinar melalui akhlak dan perilaku hidup umat Islam itu sendiri.
Sebab inti dari peradaban adalah manivestasi keimanan di dalam seluruh aspek kehidupan. Dan, semua itu tergambar dalam kepribadian yang disebut akhlak.
George Bernard Shaw, seorang Filosof Inggris dan penulis alur cerita film di Inggris peraih Nobel di bidang sastra tahun 1920 M berkata, ”Aku telah membaca kehidupan Rasul Islam dengan baik, berkali-kali dan berkali-kali, dan aku tidak menemukan kecuali akhlak-akhlak luhur yang semestinya, dan aku sangat berharap Islam menjadi jalan bagi dunia.”
Pada akhirnya, seperti diuraikan oleh Buya Hamka dalam bukunya pribadi hebat setiap diri hendaknya memiliki akal budi, kemauan, cita-cita mulia, sehingga hidupnya penuh arti, bermanfaat dan menginspirasi siapapun di masa mendatang. Bilal itu bukan ahli ilmu, tapi karena taat dan istiqomah dalam jama’ah terompahnya duluan masuk Jannah.
Dan, penting kita camkan apa yang disampaikan oleh Buya Hamka, bahwa seseorang apakah rendah atau tinggi kepribadiannya dapat dilihat dari usaha hidupnya, caranya berpikir, tepatnya berhitung, jauhnya memandang dan kuatnya semangat dalam diri.
Dalam kata yang lain fokus dan gerakan kader Pemuda Hidayatullah adalah bagaimana menjadi manusia yang gerakannya membawa hasil kebaikan, mulai dari terbentuknya karakter diri yang positif hingga kemampuan mengajak sebanyak-banyak manusia pada jalan Allah, bersinergi, bergerak bersama dalam perjuangan fisabilillah.*
Imam Nawawi, Ketua Umum Pemuda Hidayatullah
Sumber : www.hidayatullah.or.id