Luhut: Kami Capek dengar Istilah ‘Kadrun’

Iklan Semua Halaman

Luhut: Kami Capek dengar Istilah ‘Kadrun’

Mahmud Thorif
Rabu, 16 Maret 2022


Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) RI, mengaku capek mendengar istilah kadrun dan istilah-istilah sejenis. Luhut mengaku ingin damai.

Pengakuan Luhut tersebut dikomentari warganet. “Kadrun istilah dari BuzerRp. Bapak termakan juga dengan hasutan buzerRp? Atau istilah itu dimunculkan memang atas arahan Kakak Pembina? Atau Dewan Pembina?” twit @wekokuncara mengomentari berita pengakuan Luhut tersebut, pantauan hidayatullah.com pada Rabu (16/04/2022).

Pernyataan Luhut mengaku capek dengar istilah kadrun itu disampaikan terkait klaim Luhut yang menyebut big data dukungan penundaan Pemilu 2024 bukan kebohongan.

Luhut enggan membuka ke publik soal data dukungan yang diklaim datang dari hampir setengah populasi penduduk Indonesia itu. Luhut menyebut untuk apa membuka data tersebut? “Ya ada lah, masa saya bohong,” katanya di Jakarta, Selasa (15/03/2022). Bahwa, saat ini kata Luhut teknologi itu bisa berkembang dengan pesat.

Luhut mengklaim ia mendengar suara dari masyarakat agar anggaran kepemiluan dialihkan untuk kepentingan lain, seperti penanganan pandemi Covid-19.

“Saya melihat di bawah, kok banyak rakyat itu nanya. Sekarang kita tenang-tenang kok. Yang kedua, kenapa duit begitu besar mengenai pilpres mau dihabisin sekarang. Wong kita masih sibuk dengan Covid, keadaan masih begini, dan seterusnya,” klaim Luhut.

Ia menambahkan, “Itu pertanyaan, kenapa mesti kita buru-buru. Kami capek juga dengar istilah kadrun lawan kadrun, istilah-istilah itulah. Kita mau damai,” sebagaimana dikutip Kbr.id.

Sebelumnya, beberapa waktu lalu Luhut menyampaikan soal big data dukungan ratusan juta orang terhadap penundaan Pemilu 2024, melalui kanal YouTube milik Deddy Corbuzier.

Luhut mengklaim dukungan tersebut bahkan datang dari suara pemilih tiga partai politik yang justru menyatakan penolakan terhadap usulan tersebut. Ketiga partai itu yakni Demokrat, PPP, dan PDI-P.

Sebagaimana diketahui, “Kadrun (singkatan dari kadal gurun) adalah sebuah julukan yang ditujukan kepada orang-orang yang dianggap berpikiran sempit, terutama yang dipengaruhi oleh gerakan ekstremisme dan fundamentalisme dari Timur Tengah, untuk menstigma pihak yang dicap radikal. Sejak 13 September 2019, tren pengucapan kadrun mengalahkan tren volume penyebutan cebong dan kampret. “Kadal gurun” kemungkinan mengacu pada dhab, sejenis kadal yang umumnya tersebar di gurun-gurun Timur Tengah,” dikutip Wikipedia.

Sebutan ‘kadrun’ dan ‘kampret’ bermulai pada masa persaingan Pilpres 2019 yang mempertemukan Capres Joko Widodo (Jokowi) versus  Capres Prabowo Subianto.

Pada 2018, menjelang Pilpres, warganet (netizen) mulai sering menggunakan istilah cebong dan kampret. Kedua istilah itu mewakili pendukung dua capres. Cebong untuk menyebut pendukung Jokowi dan kampret untuk menyebut pendukung Prabowo Subianto.

Cikal-bakal istilah kampret bisa ditarik sampai ke 2014. Istilah ‘kampret’ berasal dari plesetan ‘KMP’. Aslinya, KMP merupakan singkatan dari Koalisi Merah Putih (KMP). Koalisi ini terdiri dari Gerindra, PAN, PPP, PKS, PBB, dan Partai Golkar. Ini adalah koalisi parpol-parpol pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014.

Lalu, pada Pilpres 2019, KMP berlanjut dengan komposisi partai yang tak lagi sebanyak Pilpres 2014. Istilah KMP pun sudah tak terlalu sering dipakai lagi, tapi istilah pelesetannya, yaitu ‘kampret’ tetap sering dipakai. Istilah tersebut kerap muncul dalam perdebatan dunia maya, seperti Twitter dan Facebook, dan lewat pengamatan politik yang tayang di berbagai berita.

Adapun istilah ‘kadrun’ berkembang pasca munculnya istilah ‘kampret’. Tendensinya senada yaitu dipakai untuk mengolok-olok kubu politik yang bertentangan. Istilah ‘kadrun’ dipakai kubu pendukung Presiden Jokowi untuk menyebut kelompok yang berseberangan dengan mereka.

“‘Kadrun’ itu kan bahasa yang kita pakai sekarang itu untuk menjelaskan orang-orang yang berpikiran sempit, terutama yang dipengaruhi oleh gerakan ekstremisme, fundamentalisme dari Timur Tengah, makanya istilahnya ‘kadal gurun’ kan,” sebut pendukung Jokowi yang aktif di dunia maya, Ade Armando, kepada wartawan, 10 Juni 2020, dikutip Detik.com, Kamis (17/12/2020).

Saat ini, pada masa-masa menjelang Pilpres 2024 dan mencuatnya harapan Luhut menunda Pilpres, belum diketahui mengapa Luhut melontarkan pengakuan “Kami capek juga dengar istilah kadrun lawan kadrun” itu.

“Kalo udah capek kenapa mesti di tunda2 om.. 😁,” sindir @Rachman_euy pada Rabu (16/03/2022) di Twitter pantauan hidayatullah.com.*

Rep: SKR
Editor: Muhammad Abdus Syakur
Sumber : www.hidayatullah.com