PERKARA sunah memang tidak menjadi sebuah keharusan untuk dilakukan. Namun jika dilakukan akan pahala dan kesempurnaan.
Sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, baik ucapan, perbuatan, penetapan atau lainnya. Puasa Ramadhan sebagai kewajiban tentunya juga memiliki kesunahan.
Kita sebagai orang mukmin harus memburunya, sekalipun tidak menjadi tuntutan. Agar kita bisa menambah kesempurnaan puasa kita.
Dalam bulan Ramadhan setidaknya ada enam amalan sunah yang harus dipahami serta dilakukan oleh kita. Ke semuanya disebutkan dalam kitab Fikih Shiyam karya Dr. Hasan Hitoo sebagai berikut:
Makan Sahur. Seseorang yang hendak melakukan puasa Ramadhan disunahkan makan sahur. Karena pada waktu itu terdapat keberkahan.
Selain itu, amalan sunah ini dapat membantu proses lancarnya puasa di bulan Ramadhan kita serta menjadi pembeda dari puasa umat terdahulu. Rasulullah ﷺ bersabda:
تسحروا فإن في السحور بركة ( رواه البخاري ومسلم )
“Makan sahurlah kalian, karena didalamnya terdapat keberkahan.” (HR: Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain beliau juga bersabda:
فصل ما بين صيامنا وصيام أهل الكتاب أكلة السحر ( رواه مسلم
“Perbedaan antara puasa kita dengan puasa ahlul kitab adalah terletak pada makan sahur.”
Waktu makan sahur bermula dari tengan malam Jerakhir hingga terbitnya fajar atau saat azan Subuh dikumandangkan. Sementara caranya, bisa dilakukan dengan makan dan minum baik sedikit ataupun banyak.
Nabi besar Muhannyad ﷺ bersabda:
أكلة السحر بركة فلا تدعوه ولو أن جرع أحدكم جرعة ماء ( رواه أبو عاصم )
Makan sahur urerapkan keberkahan, tinggalkan sekalipun hanya meneguk maka jangan satu tegukan air.”
Mengakhirkan Makan Sahur dan Menyegerakan Buka Puasa. Tidak hanya makan sahur yang menjadi kesunahan tapi waktu pelaksanaannya juga disunahkan diakhirkan selama masih tergolong waktu malam. Rasulullah bersabda,
: كلوا وشربوا حتى يؤذن ابن أم مكتوم فإنه لا يؤذن حتى يطلع الفجر ( رواه البخاري )
“Makan dan minumlah kalian selama Ibnu Ummi Maktum belum mengumandangkan adzan. Karena dia tidak akan pernah azan sebelum datangnya fajar.”
Sedang berbuka puasa disunahkan untuk disegerakan. Artinya jika diakhirkan tidak mendapat kesunahan, akan tetapi hanya mendapat kemakruhan.
Imam Syafi’i mengatakan bahwa jika seseorang mengakhirkan buka puasa dengan alasan lebih utama, maka dia mendapat kemakruhan. Karena ia bertentangan dengan hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
Doa ini berdasarkan hadis riwayat Imam Al-Thabrani dari Abu Umamah, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;
اللَّهمَّ بارِك لأمَّتي في سحورِها ، تسحَّرُوا ولو بشربَةٍ من ماءٍ ، ولو بتَمرةٍ ، ولو بحبَّاتِ زبيبٍ ، فإنَّ الملائِكةَ تصلِّي عليكُم
“Ya Allah, berkahilah umatku dalam makan sahurnya. Makan sahurlah kalian meskipun hanya dengan seteguk air, meskipun dengan satu kurma, meskipun dengan beberapa biji anggur, karena sesungguhnya para malaikat mendoakan kalian.”
لا يزال الناس بخیر ما عجلوا الفطر ( رواه البخاري ومسلم )
“Umat Islam selalu dalam kebaikan selama dia menyegerakan buka puasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Disamping kedua hadits di atas, para sahabat sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi merupakan orang-orang yang selalu melakukan amalan sunah dengan mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan buka puasa di bulan Ramadhan
Berbuka Puasa dengan Kurma. Kurma selain menjadi buah khas Arab juga dimuliakan oleh Allah dengan cara dipilih sebagai buah pertama yang disunahkan untuk dikonsumsi sebagai buka puasa. Itupun kalau ada. Akan tetapi, jika ternyata tidak ada maka tetap mendapatkan kesunahan dengan air atau lain sebaginya yang tergolong ringan, disampaikan dalam sabda Nabi berikut:
إذا أفطر أحدكم فليفطر على تمر فإن يجد فليفطر على ماء فإنه طهور ( رواه أبو داود والترمذي )
“Jika salah satu diantara kalian ingin berbuka puasa maka berbukalah dengan kurma, jika tidak ada maka cukup dengan air karena air itu bersih dan menyucikan.”
Dalam hadits lain tentang amalan sunah di bulan Ramadhan riwayat Abu Daud dan Tirmidzi juga disebutkan bahwa baginda Nabi besar Muhammad ﷺ berbuka puasa sebelum melaksanakan shalat maghrib dengan rothab (kurma muda), jika tidak ada maka dengan kurma dan jika tidak ada lagi, maka dengan air.
Membaca doa saat buka puasa. Sekalipun kita sudah tidak tahan setelah menahan lapar dan dahaga selama seharian bukan berarti kita melupakan doa.
Kita dianjurkan berdoa sebagai bentuk permohonan juga rasa terima kasih kepada Allah SWT. Doa yang dianjurkan sebagaiman disabdakan oleh baginda Nabi besar Muhammad ﷺ riwayat Abu Daud dari Sayyidina Muadz serta riwayat Abu Daud dan Nasa’i dari Ibnu Umar sebagai berikut:
اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
“Ya Allah hanya untukmu saya berpuasa dan dengan rizki-Mu saya berbuka. Saat ini hilanglah rasa dahaga, dan basahlah semua urat. Semoga paliala Engkau berikan kepada kami.”
Namun perlu diketahui bahwa, tidak hanya doa itu yang dianjurkan. Doa apa sama boleh dipanjatkan saat buka puasa.
Karena sebagaimana riwayat Ibnu Majah Amer bin Ash, Rasulullah mengatakan bahwa berdoa di saat buka puasa tidak ditolak.
Memberi Makan atau Minuman untuk Buka Puasa. Kesunahan yang juga tidak boleh dilupakan oleh kita adalah memberi makanan atau minuman untuk buka puasa, walaupun hanya satu gelas air atau satu bungkus makanan. Hal sebagaiman disabdakan oleh Rasulullah ﷺ berikut:
)فطر صائما قله مثل أجره لا ينقص من أجر الصائم شيء ( رواه
من الترمذي والنسائي )
Memperbanyak Shadaqah dan Tadarus Al-Qur’an. Amalan sunah di bulan Ramadhan yang juga menjadi penting untuk tidak dilupakan ialah memperbanyak Shadaqah dan membaca Al-Qur’an, khususnya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Nabi besar Muhammad ﷺ sebagaimana yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, merupakan orang yang paling dermawan, khsusnya pada saat bulan ramadhan ketika dijumpai malaikat jibril, sedang malaikat jibril mendatangi beliau setiap malam untuk mengajak beliau tadarus Al-Qur’an.
Bahkan digambarkan dalam hadis itu, bahwa Rasulullah ﷺ lebih dermawan daripada angin yang berhembus. Jadi, marilah kita jangan lewatkan puasa ini dengan hanya sekadar melaksnakan yang wajib saja.
Kita sempurnakan dengan menambah kesunahan khusunya ke enam perkara yang sudah dipaparkan di atas. Karena kita semua tidak ada yang tahu apakah di tahun berikutnya kita masih punya nyawa atau sudah terkubur tinggal kenangan.*/ Fikih Shiyan, karya Dr. Hasan Hitoo
Rep: Ahmad
Editor: Bambang S
Sumber : www.hidayatullah.com