Hidayatullah Soppeng ‘Bengkel’ Anak-anak Berprestasi

Iklan Semua Halaman

Hidayatullah Soppeng ‘Bengkel’ Anak-anak Berprestasi

Mahmud Thorif
Kamis, 18 Maret 2021

 


www.hidayatullahsleman.orgLebih dari lima mobil tua sedang terparkir di halaman rumah itu. Beberapa suku cadang mobil bekas, juga terlihat menumpuk di sisi kanan halamannya. Hampir separuh tanah halamannya sudah menghitam karena bekas tumpahan oli.

Sepintas, terlihat seperti bengkel, tetapi sama sekali tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bangunan itu sebuah bengkel. Papan nama di depan malah tertulis, “Pondok Pesantren Hidayatullah Salaonro-Soppeng”.

Seperti biasanya, siang itu pimpinan pondok pesantren, Muhammad Arif, sedang mempreteli salah satu mobil usang, sebelum puluhan anak kecil berseragam ungu datang memenuhi perkarangan rumahnya. Mereka satu per satu antri menyalami dan mencium tangan Haji Arif, begitu sapaan akrabnya.

Lalu, mereka masuk ke sebuah pintu pagar yang terbuat dari seng di samping kiri rumah. Sebagian anak singgah sebentar di depan pintu, untuk melihat beberapa jenis burung peliharaan. Sebagian yang lain belok kiri menuju area bermain yang ada di samping kiri bangunan.

Pemandangan seperti itu hampir saban hari terjadi. Mengoleksi mobil tua serta mempretelinya hanyalah sebuah hobi. Sejatinya, ia mengelola pondok pesantren tahfidz al-Qur’an, dengan santri kurang lebih 15 orang.

Setiap hari jam 2 siang hingga menjelang Maghrib, lebih dari 80 anak datang dari berbagai tempat untuk belajar mengaji di sana. Dan pagi harinya, sekitar 30 anak datang untuk sekolah formal (Taman Kanak-kanak).  “Aktifitas setiap hari begitu. Meski lokasi sempit dan tenaga masih terbatas, Alhamdulillah kita bisa mengurus anak-anak TK dan TPA itu,” terangnya.

Di samping kiri rumah tersebut, ada bangunan2 tingkat bercat biru yang dijadikan asrama putri. Di belakangnya ada sebuah masjid, juga terdapat bangunan sekolah TK dan beberapa gazebo dari bambu. Tempat ini memang tidak pernah sepi.

Animo Tinggi

Haji Arif menuturkan, animo masyarakat sangat tinggi sekali terhadap keberadaan TK dan TPA, karena berbeda dengan yang lain. “Di sini, sama sekali tidak diajarkan nyanyi-nyanyian. Kita ganti hafalan surah-surah pendek dalam al-Qur’an dan doa-doa, terutama doa sholat,” tuturnya.

Karena melihat lulusan TK dan TPA dari pondok itu memiliki banyak hafalan surah-surah pendek serta bacaan sholat, membuat warga sekitar ingin menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah itu. Bahkan, ada yang jaraknya cukup jauh dari ponpes.

Selain itu, santri pondok itu kerap diikutsertakan dalam lomba-lomba keagamaan dan selalu membawa pulang piala. Bahkan, pemerintah setempat selalu meminta santri untuk mewakili kecamatan atau pun kabupaten dalam lomba-lomba seperti tahfidzul Qur’an, do’a, dan lainnya.

Jika ada tes masuk sekolah tahfidz atau pondok pesantren, lulusan dari pondok ini juga selalu lolos karena mampu menjalani tes dengan baik.

“Besarnya antusisme dari masyarakat membuat kami kuwalahan, sehingga harus membatasi murid yang mau belajar di sini. Karena memang bangunan dan tenaga kami masih terbatas. InsyaAllah ke depan, kami akan membangun beberapa lokal  lagi. Rencana kami juga ingin membebaskan lahan di samping lokasi ini agar lebih luas dan bisa digelar pendidikan formal lebih tinggi seperti SD dan SMP,” jelasnya.

Selain itu, Haji Arif juga bercita-cita mendirikan SMK Otomotif sesuai dengan gelar insinyurnya.

Cikal Bakal Pesantren

Lahan pesantren yang terletak di Salaonro, Kelurahan Ujung, Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan itu awalnya adalah milik keluarga Haji Arif. Sejak awal keluarganya ingin mendirikan pesantren di atas lahan itu, hingga suatu hari ada utusan dari Hidayatullah bersilaturahmi dan menyampaikan keinginan mencari lahan untuk mendirikan pesantren.

Akhirnya lahan sempit di belakang rumah itu dipilih dan diwakafkan. Ketika itu, tahun 2013, yang ditugaskan awal adalah Ustadz Irfan. Lalu, dilanjutkan Ustadz Imron, Ustadz Parman, dan Ustadz Syam, hingga Haji Arif dipercaya mengelola pesantren itu hingga kini.

“Dalam perkembangannya banyak hal yang harus kami lakukan karena semakin hari semakin tinggi animo masyarakat. Kalau hanya punya pendidikan tingkat TK saja tidak cukup,” ungkapnya.

Membina Perawat hingga Notaris

Meski belum begitu lama berdiri, selain program pendidikan, pihak pesantren juga sudah gencar melakukan program dakwah ke masyarakat. Hampir setiap bulan, pengurus rutin mengisi pengajian untuk ibu-ibu dan wali santri.

Setiap pekan sekali selalu mengadakan program Gerakan Dakwah Mengajar dan Belajar al-Qur’an (Grand MBA) di sebuah desa. Biasanya dihadiri puluhan ibu-ibu dan bapak-bapak. Lewat program yang sama, pengurus juga membina beberapa perawat hingga notaris untuk belajar al-Qur’an.

 Alhamdulillah, program ini bisa diterima masyarakat dengan baik. Kalau pun ada tantangan dalam dakwah itu biasa. Karena, kader Hidayatullah sejak awal sudah ditanamkan bahwa Allah itu tak pernah diam untuk membantu hamba-hambanya yang memperjuangkan agama-Nya,” tuturnya kepada Suara Hidayatullah ketika silaturahim ke pesantren itu beberapa waktu lalu.

Haji Arif berharap, semoga Allah memberikan kekuatan serta keistiqomahan bagi pengurus dan santri Hidayatullah Soppeng agar terus berjuang, sehingga sanggup mengembangkan pesantren lebih baik lagi.

Sumber : www.hidayatullah.com